PUISI HUJAN DI HARI RABU
Sesungguhnya aku takut,
Aku merasa berat dan menggigil dalam balutan selimut,
Tertegun - termenung sama - sama membuatku terhanyut,
Berharap raut cerah namun nyatanya bertopeng cemberut,
Hanya karena kumandang adzan yang lambat laun mengerut,
Hanya karena waktu yang semakin memperlihatkan carut - mawut,
Sejujurnya aku takut,
Sejujurnya aku merasa akan terhanyut,
Magribku telah usai,
namun dzkirku baru saja dimulai,
Rakaarku telah selesai,
Namun realita duniaku kian tercerai - berai,
Gerimis bukan lagi gerimis,
Tapi hujan menjadi hujan yang menyerang resahku,
Semakin lidahku berucap, suaranyapun semakin mengiris,
Langit serasa jatuh, atap terasa runtuh diatas pusaraku,
Kembali meradang dengan hujan di hari rabu,
Menjadi saksi soreku yang bertahun - tahun lupa menggoreskan rima - rima,
Memberiku wahyu sesaat tentang realita dunia yang sebenarnya fana,
Memberiku kabar tentang jutaan berita bertopeng drama,
Sejujurnya aku tak kuat,
Sejujurnya aku berperang dengan ingat,
Dunia hari ini tak lagi sama,
Dunia hari ini tak berjalan seperti yang terlihat,
Hujan di hari rabu,
Kembali memeluk takutku,
Tangisnya begitu deras dan menyakitkan,
Melihat para kekasihnya yang mulai jatuh - tertikam,
Mereka,
Para pemegang kebenaran yang dibelokkan,
Oleh,
Fitnah Jahanam,
Ungaran Barat
Rabu / 9 Desember 2020
Belum ada Komentar untuk "PUISI HUJAN DI HARI RABU"
Posting Komentar