BUDAYA JAWA SADRANAN, Tradisi Nyadran 2019

Nyadran atau Sadranan adalah sebuah event budaya jawa yang dilaksanakan 2x dalam setahun. Event ini dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya jawa dan memiliki tata cara yang berbeda-beda pula di setiap daerah.


Sadranan 2019


PAGI PAGI

Hari masih petang ketika ku bangun dan packing untuk segera otw menuju rumah. Ini di Purwodadi, karena biasanya acara Nyadran di Desa dimulai jam 08.00 pagi, saya berangkat dari Purwodadi jam 05.00 pagi. Yah bisa dibilang ini masih pagi sekali, namun saya harus pulang, karena nantinya tidak akan ada yang membawa Tenong dirumah. Oke langsung tancap gas deh biar cepat sampai dirumah.

Oh iya, bicara tentang Tenong, merupakan sebuah wadah makanan dan minuman yang berbentuk bulat yang bisa dibuka dan ditutup secara manual. Nah Tenong ini terbuat dari bambu, untuk dinding tenong dibuat dari irisan bambu yang besar dan dibuat melingkar, palang-palang penguatnya juga terbuat dari irisan bambu yang agak tebal dan penutup bawah serta bagian atas juga dibuat dari bambu yang di anyam.


BESIK

Sampai juga dirumah hehe, seblem acara Nyadran. Selamat datang di Dusun Suruhan, Desa Rogomulyo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang. Acara Nyadran di Dusun Suruhan dilaksanakan hari ini, meskipun beberapa hari sebelumnya sudah ada yang melaksanakan dan kemungkinan beberapa hari setelahnya juga masih ada yang melaksanakan.

Besik Sadranan

Sebelum acara Nyadran dimulai, masyarakat berkumpul ke makam untuk bersih-bersih. Nah acara bersih-bersih makam bersama ini disebut Besik. Besik sendiri dilaksanakan sekitar jam 06.00 hingga jam 07.00 lebih sedikit di 2 makam yang berbeda, yakni  makam Mbah Kurahan dan makam Mokrandu, meski hanya makam Mbah Kurahan saja yang digunakan untuk acara Nyadran karena terdapat tanah lapang yang cukup luas untuk menampung masyarakat 1 Dusun.

Nah jadi acara Nyadran sendiri selain untuk nguri-uri budaya leluhur juga bermanfaat untuk makam dusun sendiri, mengingat tanah makam ini tidak terdapat petugas sehingga semakin hari semakin banyak tumbuh rumput liar di tanah pemakaman dan lumut di kijing, sehingga akhirnya acara Besik inilah salah satu acara bersih-bersih makam dengan gotong royong untuk menjaga makam tetap bersih, meskipun hanya 2x dalam setahun.


NYADRAN

Setelah acara Besik, biasanya akan ada jeda waktu 30 menit sebelum acara Nyadran, hal ini biasanya dipakai untuk bersih-bersih badan, menyiapkan makanan dan sebagainya. 

Acara Nyadran dimulai sekitar jam 08.00 lebih sedikit, setiap rumah biasanya akan diwakili oleh seseorang untuk membawa Tenong ke makam. Dalam membawa Tenong dulunya masyarakan Dusun Suruhan berjalan kaki dari rumah hingga ke makam. Namun seiring berjalannya waktu, ada beberapa orang yang menggunakan sepeda motor untuk membawa Tenong dan ada pula yang memabawa mobil pribadi baik mobil mwah maupun mobil bak terbuka.

Peserta Nyadran dibagi menjadi 3 golongan, yakni peserta yang membawa Tenong, peserta yang hanya membawa minuman yakni Ceret atau Ketel, dan peserta yang membawa Tikar. Selain itu adalah peserta yang tidak membawa apa-apa seperti anak-anak dan tamu luar daerah.

Tenong sendiri seiring perubahan waktu yang begitu cepat juga telah berevolusi, yang dulunya terbuat dari bambu, kini ada yang terbuat dari stainless, ada juga yang dari kayu dan krinjing plastik yang sebernarnya bukan Tenong tapi difungsikan menjadi Tenong.

Tenong Sadranan

Memasuki area makam, biasanya akan ada petugas yang menarik dana sukarela yang difungsikan untuk pembangunan dan perawatan area makam. Mayarakat sekitar menyebutnya sebagai 'wajib'.

Acara Nyadran dimulai dengan sambutan dari Kepala Dusun, kemudian dilanjutkan dengan Doa yang dipimpin oleh Mbah Modin, baru setelahnya acara makan bersama. Makanan ini berupa roti, buah-buahan, makanan instant, agar-agar dan semacamnya. Kita boleh meminta makanan dari orang lain karena acara Nyadran ini mempunyai makna menyatukan, sehingga berbagi itu indah. Dulunya waktu kecil, saya sendiri pasti meminta sana meminta sini hehe.

Setelah acara makan-makan bersama, kemudian Mbah Modin memimpin Doa lagi dan dilanjutkan makan Tumpeng dan Ayam bersama. Dulunya acara ini dipisah menjadi 2 bagian, sehingga berangkat dan pulang dari makan 2x. Namun karena terlalu lama dan 2x kerja dan terkadang hujan, akhirnya acara 2x makan ini dijadikan satu, sehingga hanya 1x ke makam untuk acara Nyadran.

Setelah acara makan bersama Tumpeng dan Ayam, maka acara Nyadran ini selesai. Nah bagi sobat-sobat semua yang penasaran seperti apa event Sadranan di Dusun Suruhan, Desa Rogomulyo Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, silahkan lihat video dibawah.






Belum ada Komentar untuk "BUDAYA JAWA SADRANAN, Tradisi Nyadran 2019 "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel